Samalanga. Prof. Dr. Tgk. H. Muntasir A. Kadir, MA, atau lebih dikenal dengan Ayah Muntasir, Pimpinan Dayah Jamiah Al-Aziziyah Batee Iliek Samalanga, baru-baru ini dinyatakan lolos uji kelayakan untuk mendapatkan gelar akademik tertinggi sebagai Guru Besar dalam bidang Politik Islam. Pencapaian ini disahkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi pada 30 Agustus 2024. Sebagai seorang ulama dan akademisi, gelar ini menjadi penegasan terhadap dedikasi Ayah Muntasir dalam mengembangkan pendidikan Islam, khususnya melalui lembaga dayah.
Sebagai pimpinan Dayah Jamiah Al-Aziziyah, Ayah Muntasir berperan penting dalam mengarahkan visi dan misi dayah, yang dikenal sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam terkemuka di Aceh. Beliau secara konsisten menekankan pentingnya pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan pemahaman politik yang moderat dan adil. “Dayah Jamiah Al-Aziziyah selalu berkomitmen mencetak generasi yang memiliki keseimbangan antara ilmu agama dan pendidikan intelektual yang mumpuni,” ujar beliau dalam salah satu acara pengajian.
Dengan latar belakang akademik yang kuat, Ayah Muntasir tidak hanya fokus pada pengajaran ilmu agama di dayah, tetapi juga mendorong pengembangan pendidikan yang relevan dengan dinamika sosial-politik kontemporer. Sebagai tokoh penting di Dayah Jamiah Al-Aziziyah, beliau aktif memberikan ceramah dan tausiyah kepada santri tentang pentingnya pemahaman politik yang selaras dengan ajaran Islam. Menurutnya, santri harus dipersiapkan tidak hanya sebagai ulama, tetapi juga sebagai pemimpin yang mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat luas.
Peran Ayah Muntasir sebagai pimpinan dayah tidak terbatas pada pengajaran. Beliau juga dikenal sebagai pembina yang dekat dengan para santri, selalu mendorong mereka untuk berpikir kritis dan berkontribusi dalam kehidupan sosial-politik tanpa meninggalkan akar keislaman. Dalam berbagai kesempatan, beliau sering menekankan pentingnya moderasi beragama untuk menjaga persatuan dan keutuhan masyarakat.
Ayah Muntasir juga telah berhasil membawa Dayah Jamiah Al-Aziziyah menjadi salah satu lembaga pendidikan Islam paling berpengaruh di Aceh. Di bawah kepemimpinannya, Dayah Jamiah Al-Aziziyah mengalami perkembangan pesat, baik dari segi kurikulum, kualitas pendidikan, maupun jumlah santri yang terus meningkat. Beliau juga dikenal sebagai tokoh yang aktif mempromosikan moderasi beragama dan menjaga keutuhan nilai-nilai tradisional dalam pendidikan Islam.
Dalam berbagai kesempatan, Ayah Muntasir senantiasa menekankan pentingnya peran dayah dalam menjaga moral dan integritas generasi muda. Beliau mendorong para santri agar tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga memiliki wawasan luas tentang isu-isu kontemporer, termasuk politik dan sosial, sehingga mampu memberikan kontribusi yang nyata bagi masyarakat. “Santri adalah benteng terakhir dalam menjaga moral bangsa. Oleh karena itu, mereka harus dibekali dengan ilmu agama yang mendalam dan pemahaman yang benar tentang realitas sosial-politik,” ujar Ayah Muntasir dalam salah satu pengajiannya.
Sebagai ulama dan akademisi, Ayah Muntasir berharap agar generasi muda, khususnya para santri, mampu menghadapi tantangan zaman tanpa melupakan akar keislaman dan jati diri mereka. Beliau juga mendorong para santri untuk berperan aktif dalam dunia digital, mengisi ruang-ruang publik dengan konten yang bermanfaat dan islami. “Jangan biarkan teknologi menguasai kalian, tetapi jadikan teknologi sebagai alat untuk menyebarkan kebaikan dan dakwah,” tegasnya.
Selain itu, dalam kapasitasnya juga sebagai Pembina UNISAI, Ayah Muntasir terus berkontribusi dalam pengembangan akademik di universitas tersebut. Beliau aktif mendorong kolaborasi antara dunia pesantren dan pendidikan tinggi untuk memperkuat kualitas pendidikan Islam di Aceh. Gelar Guru Besarn yang baru disandangnya menjadi simbol tanggung jawab besar dalam mengarahkan generasi muda agar menjadi individu yang berilmu dan berakhlak.
Dengan pencapaian ini, Ayah Muntasir berharap agar Dayah Jamiah Al-Aziziyah dan UNISAI semakin menjadi pusat pengembangan pendidikan Islam yang inklusif, progresif, dan berlandaskan nilai-nilai kebangsaan.
Leave a Reply